Dilarang keras menyalin isi blog ini tanpa menyertakan sumber aslinya!

Thursday 12 May 2016

Memetik Kembang Pasir

Dung

   Akhirnya liburan kuliah berakhir dan gue memasuki tahun ajaran baru di semester 3. Terus terang aja gue enggak kemana-mana waktu liburan kuliah karena pertimbangan biaya yang seret-seret lecet ditambah enggak ada tempat menarik yang mau dikunjungi kecuali tempat wifi gratis dan itupun jaraknya enggak terlalu jauh dari tempat tinggal gue. Kalo teman-teman gue ya selain yang bernasib sama dengan gue, ada juga mereka yang liburan ke tempat eksotis atau ke luar negeri (dan ternyata itu cuma hoax belaka). Yang penting kan bisa menikmati liburan dengan tenang. 

   Namanya aja tahun ajaran baru pasti banyak wajah baru yang bermunculan. Tidak hanya mahasiswa baru tapi juga wajah-wajah dosen baru menampakkan bentuknya. Gue berangkat kuliah seperti biasa pake motor matic kesayangan yang selalu setia saat suka dan duka. Sampai di kampus gue parkirin motor gue di tempat parkir langganan di bawah pohon rindang samping tong sampah. Meskipun ada sedikit gundukan pasir karena parkiran tersebut sedang di renovasi biar makin kinclong lagi memikat. Mumpung ada waktu ya gue ngaca dulu lewat kaca spion motor gue yang retak. Style rambut udah oke, pakaian kece, dan badan wangi sekale. Maklum hari ini gue pake parfum terkenal yang iklannya setia berlalu lalang di televisi maupun di baliho kaya caleg lagi kampanye. Gue enggak bisa nyium wangi parfumnya karena sisa pilek kemarin membikin penciuman gue terhambat. Gue melangkah dengan santai menuju kelas.

   Waktu berjalan menuju kelas ada cewek senyum-senyum sama gue. Kayaknya dia mahasiswa baru. Dia senyum ke gue apakah karena gue ganteng walaupun kenyataannya tampang gue mirip Robert Pattinson kena setrika? Atau gara-gara parfum yang gue pake? Hebat juga ini parfum, efeknya beneran instan. Gue jadi pede dan langsung dan berjalan bagaikan seorang pangeran yang kena kutukan. Tiap ada cewek yang berpapasan sama gue pastinya selalu senyum sama gue. Gue juga bales senyum dong dengan senyuman gue yang aduhai lumayan membuat perut mual.

   Ternyata gue juga memiliki pesona yang membuat cewek tergoda dan tertarik. Bangga juga hati kecil ini. Mumpung masih ada waktu sebentar, gue pergi ke warung langganan para mahasiswa buat tempat santai menunggu waktu perkuliahan dimulai. Suasananya lumayan rame sih tapi masih ada meja kosong di pojok dekat tanaman palem yang lagi sekarat. Gue harap-harap cemas apakah ada cewek yang mau mendekati gue mumpung suasana hati gue lagi baik dan tingkat pede gue lagi on fire. Tapi kok cewek-cewek cuma senyam-senyum sama gue ya dan kagak ada yang mau mendekat. Mereka memilih berdesak-desakan di tempat yang udah hampir penuh ketimbang di tempat gue yang kosong melompong. Oh ada apa gerangan yang sebenarnya terjadi? Pasti malu-malu kucing ya sama gue. Gue maklumin kok.

   Lama kelamaan makin aneh ya. Bukan hanya cewek yang senyum ke gue dan berbisik-bisik tapi ada juga cowok yang senyam-senyum ke gue sambil berbisik dan kayaknya ada sesuatu yang bikin janggal. Dunia telah berubah rupanya. Enggak tahan karena suasananya mulai bikin gue ngerasa aneh dan enggak nyaman. Gue mutusin kembali ke kelas dan cuek walaupun ada yang senyum ke gue.

   Di kelas juga kayaknya ada yang aneh kenapa semuanya menatap gue dengan pandangan yang memprihatinkan. Dan akhirnya gue duduk di samping teman gue, sebut saja Momon. Dia langsung memalingkan wajah dan menutup hidung. Apa karena parfum yang gue pake ini bikin dia pusing. Maklumlah Momon terkenal karena punya penciuman yang lebih tajam daripada orang pada umumnya karena dia udah berlatih mengendus sedari balita. “Dzul, elu nginjek kembang pasir ya?” Tanya Momon sambil menutup hidung. “Kembang pasir? Apaan tuh?” Gue jadi enggak ngerti apa yang dia omongin. “Kembang pasir bro alias t***i kucing. Coba liat sepatu lo.” Jawab Momon dengan mata yang keliatan udah mulai puyeng. Gue langsung cek sepatu gue yang mengkilat karena gue semir dan gue amplas tiap hari. Gue langsung syok meliat kenyataan bahwa yang dikatakan Momon terbukti. Benda tersebut menempel dan melekat dengan mantap ditambah banyak lalat yang berseliweran di dekatnya. Jadi karena ini orang-orang pada senyum ke gue tapi enggak mau dekat-dekat sama gue dan gue enggak bisa mengantisipasi kembang pasir beraroma memabukkan ini karena selain gue enggak liat juga karena gue enggak bisa mengendus aromanya disebabkan penciuman gue terhambat sisa pilek kemarin.

Share this article:

Facebook Google+ Twitter