Dilarang keras menyalin isi blog ini tanpa menyertakan sumber aslinya!

Sunday, 16 April 2017

Catatan Para Pendekar

Fight
Semilir angin dingin bertiup di siang itu. Dan suara jangkrik yang sedang bergadang terdengar sayup-sayup. Di pinggir sungai belakang sekolah dua orang pendekar berdiri berhadapan karena duel nih ceritanya. Ini adalah duel terakhir di antara mereka dan merupakan duel yang paling ditunggu di kalangan para pendekar. Kenapa ini menjadi duel terakhir dan yang paling ditunggu karena duel yang sudah-sudah sering gagal. Penyebabnya macam-macam mulai dari ketahuan Pak Kepsek(maklum para pendekar masih anak sekolahan), sering telat datang gara-gara jam karet, salah jadwal dan masih banyak lagi. Selain itu karena bentar lagi UN makanya disebut duel terakhir.

Duel ini mempertemukan antara dua pendekar antara Jaka Si Udang Penghancur dengan Wira Si Jangkrik Malapetaka. Para pendukung kubu masing-masing merasa tegang apakah jagoan mereka bisa menang. Selain itu beberapa oknum memasang taruhan. Mumpung ada event terbesar semester ini ya mesti dimanfaatkan semaksimal mungkin. Geng Udang Emas Berkilau tempat Jaka berasal telah siap untuk segala kemungkinan termasuk kalo ambeien Jaka kumat lagi. Maklum Jaka punya penyakit Ambeien kronis yang sering kumat di jam-jam tertentu. Begitu juga dengan Geng Jangkrik Menawan Jiwa tempat Wira berasal. Mereka sudah bersiap kalau penyakit ngambekan dan manja Wira muncul lagi karena Wira terkenal sebagai anak mami stadium akhir. Mesti dibeliin es krim atau permen lolipop yang mereknya sudah tersohor plus kalo makan mesti disuapin.

Rivalitas mereka muncul bukan tanpa sebab karena kalo ada sebab pasti ada akibat dan semua itu dimulai saat tahun ajaran baru dimulai(kembali ke masa lalu nih ceritanya).

Api perseteruan mulai memercik di kantin sekolah SMA Bunga Mawar tempat mereka menimba ilmu(bukan menimba air). Di kantin sekolah ada menu makanan yang paling kesohor di seantero sekolah yaitu Lumpia Bungkus Kadal. Bukan dari kadal karena cuma bentuk kulit lumpianya aja yang kaya kadal. Bahannya dijamin lulus standar halal MUI. Dan lumpia tersebut racikan dari Chef kenamaan yang merangkap sebagai penjual di kantin sekolah yaitu Chef Joni Sundaymonday.

Alkisah lumpia cuma satu yang tersisa dan munculah dua orang yang akan menjadi inti cerita yaitu Jaka dan Wira. "Lumpianya gue beli nih. Berapa Mas?" Tanya Jaka. "Cuma 2000 rupiah." Sambut Chef Joni cepat tanggap. Wira yang juga ingin beli itu lumpia enggak terima. "Kagak bisa gitu donk. Gue yang duluan datang ke sini!" komplain Wira. "Tapi yang beli pertama kan gue!" Sanggah Jaka enggak kalah. Akhirnya perdebatan mulai memanas. Chef Joni cuek aja sambil Facebook-an, Twitter-an dan sekali-sekali Youtube-an. Puncaknya mereka sepakat mau duel on the place. Semua yang ada di kantin terpaku pada mereka berdua yang mengeluarkan jurus masing-masing. Jurus Pukulan Perogoh Sukma milik Jaka siap menerjang lawan dan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan milik Wira siap menjatuhkan lawan. Sekejap mata mereka langsung menyerang. Jurus yang cepat dikerahkan, pertahanan kokoh dikeluarkan. Pertarungan begitu seimbang. Jaka adalah seorang Juara Turnamen Karate dan Wira adalah jagoan Tae Kwon Do. Meja berhamburan dan kursi berterbangan karena tempat tersebut telah menjadi arena duel. Bagaimana dengan si Pia alias Lumpia Bungkus Kadal. Ternyata ada seseorang yang membelinya secara misterius namun kedua pendekar tak peduli karena harga diri dan kemenangan yang suka cita lebih penting daripada sebuah lumpia. Tapi apakah turnamen ini berakhir dalam jalan buntu alias tanpa ada pemenangnya karena kekuatan keduanya seimbang.

Keributan ini ternyata terdengar oleh Sang KepSek yaitu Mr. Oliver Von Schneider. Nama beliau emang kental nuansa Jerman tapi beliau keturunan lokal asli. Nama beliau di berikan karena beliau lahir di Jerman tepatnya di selokan kota Berlin maklum waktu ibu beliau melahirkan beliau, saat perjalanan ke rumah sakit mobilnya nyungsep ke selokan. "Keributan macam apa ini! Slamet tolong cek ke kantin!" Kata beliau tegas. Pak Slamet yang dikenal sebagai guru olahraga sekaligus tangan kanannya Pak KepSek langsung menuju TKP lengkap dengan ikat kepala yang jadi ciri khasnya.

Semua murid langsung memberikan jalan kepada Pak Slamet. Melihat kedua anak muda yang sedang bertarung, Pak Slamet tersenyum dan bergerak secepat kilat. Pukulan keras lagi bertenaga milik Jaka dan tendangan cepat milik Wira terhenti seketika di tangan Pak Slamet yang kokoh. Jaka dan Wira terkejut bercampur bingung(kalo bercampur buah mending dijadikan rujak.) "Kalian baru masuk sekolah sudah membuat keributan." Kata Pak Slamet dingin kayak di anime kebanyakan. "Cepat ke ruang BK!" tambah Pak Slamet jadi galak. Dan nasib kedua pendekar tersebut berakhir dengan membersihkan seantero sekolah plus ngepel toilet selama seminggu penuh.

Karena perbuatan mereka di kantin kemarin yang sampe bikin kantin perlu direnovasi, akhirnya para siswa-siswa yang terkenal bangor dan banyak tingkah mulai respek sama mereka dan menjuluki mereka dengan Jaka Si Udang Penghancur karena Jaka suka makan udang dan ngobrak-abrik kelas sampe berantakan. Sedangkan Wira dijuluki Si Jangkrik Malapetaka karena dia adalah bencana bila ada siswa yang mudah di-bully dekat dengannya plus karena Wira punya badan kurus sama kaki panjang kayak jangkrik. Seterusnya terbentuklah dua geng yaitu Geng Udang Emas Berkilau yang memihak Jaka dan Geng Jangkrik Menawan Jiwa yang mendukung Wira. Kedua geng tersebut mendominasi SMA Bunga Mawar. Semua siswa tunduk pada mereka namun ada satu siswa yang tidak dan takkan pernah tunduk yaitu Sasongko Si Misterius tak Terkalahkan. Bagaimanapun Jaka dan Wira berusaha menaklukkan Sasongko namun tak pernah berhasil dan Sasongko selalu bisa lepas dari bayang-bayang bully kedua pendekar tersebut. Pernah mau di hadang Jaka di perempatan dekat sekolah malah Jaka yang kena tilang Pak Polisi karena enggak pakai helm waktu bawa motor. Pernah juga si Wira mau bikin serangan dadakan di koridor sekolah malah salah sasaran dan Pak KepSek yang jadi korban. Selain itu yang membeli Lumpia Kulit Kadal secara misterius dulu adalah Sasongko pelakunya. Mungkin selain misterius dia punya keberuntungan di atas rata-rata.

Sebagai pimpinan geng sudah pasti para anak buah tau betul kebiasan para pemimpinnya. Geng Udang Emas Berkilau tau betul bahwa bos besar mereka yaitu si Jaka punya penyakit ambeien kronis yang secara misterius muncul di jam-jam tertentu. Udah berbagai metode di coba untuk menyembuhkan penyakit tersebut mulai dari digosok pake minyak herbal sampai digosok pake amplas pernah ditempuh namun nihil tanpa hasil. Di geng saingan juga tidak kalah ribet. Wira walaupun terkenal jago Tae Kwon Do tapi memiliki kebiasaan anak mami yang lumayan bikin pusing. Sarapan mesti disuapin terus mimik cucu dulu. Berangkat mesti dibonceng di depan pake motor enggak peduli walau badannya udah kaya jerapah Afrika. Terus kalo ngambek selalu susah buat berhenti. Ya mesti dibeliin es krim atau lolipop dulu biar ngambeknya berkurang.

Urusan percintaan juga sepertinya mereka ditakdirkan untuk berseteru. Mereka sama-sama naksir Alya yang dikenal sebagai bunga di SMA Bunga Mawar. Untuk urusan pedekate mereka punya tehnik yang berbeda. Kalo Jaka suka ngajak Alya buat jalan-jalan ke pegunungan yang rindang dan asri biar kayak drama Korea. Sedangkan Wira suka ngajak Alya buat jalan ke mall atau resto terkenal biar kelihatan elit. Tehnik tersebut dipengaruhi oleh latar belakang dan pribadi masing-masing. Jaka adalah seorang yang sangat suka dengan suasana alam. Makanya mukanya sebelas dua belas dengan pohon jati. Sedangkan Wira berasal dari keluarga yang kaya raya. Enggak heran dia jadi anak mami menahun. Apapun metodenya semua berakhir dengan kata "DITOLAK."

"Kita sudah sering bersama tapi kenapa cintaku tak pernah kau terima?" Tanya Wira dengan wajah memelas kayak di sinetron. Pertanyaan tersebut juga sering dilontarkan oleh Jaka namun jawaban Alya tetap sama. "Aku lebih nyaman dengan hubungan yang sekarang."

Semua itu terjadi selama bertahun-tahun sampai beberapa bulan menjelang UN, muncullah sebuah surat untuk keduanya. "Kalau kalian inginkan diriku, kalian harus mengalahkan kakakku. Temui kami dibelakang sekolah sehabis bel pulang." Jaka heran apakah Alya mempunyai saudara laki-laki karena selama ini Alya tidak pernah bercerita. Situasi tersebut juga berlaku kepada Wira. Dia juga heran dengan isi surat tersebut.

Para anggota geng baik dari gengnya si Jaka maupun gengnya si Wira semuanya bingung kenapa bos besar mereka hari ini selalu murung dan mukanya keliatan enggak bersemangat mirip caleg yang gagal jadi anggota dewan.

Sehabis bel pulang berdentang mendendangkan lagu Wakuncarnya Reynold Panggabean. Baik Wira maupun Jaka menuju halaman belakang sekolah. Terkejut karena bertemu dengan seteru abadi. Api persaingan membakar jiwa mereka. "Hei, Apa urusan elu di sini?" Hardik Wira. "Elu juga kenapa di sini! Mau mengganggu urusan gue rupanya!" Jaka tidak kalah panasnya. Namun sebelum api tersebut semakin membakar, Alya muncul dengan seseorang yang lebih membuat mereka terkejut.

"Sasongko! Kenapa lu juga ke sini?" Jaka sangat terkejut dengan kemunculan Sasongko. "Mungkin kalian tidak tahu bahwa aku adalah kakaknya Alya. Tepatnya aku adalah saudara kembarnya." jelas Sasongko. Jaka dan Wira begitu terkejut. Orang yang tak pernah tunduk dan tak pernah bisa mereka kalahkan adalah Sasongko. Sasongko Si Misterius tak Terkalahkan. Selain itu tampang Alya dan Sasongko sungguh tidak mirip. Alya berwajah manis dan berkulit halus seperti sutera. Sedangkan Sasongko berwajah asem dan berkulit kasar seperti kertas amplas. Di dalam hati mereka berkata "Bagaikan pinang di belah dua dan yang satunya remuk."

"Seperti permintaan Alya, aku akan menghadapi kalian berdua." Ternyata Sasongko juga adalah seorang pendekar. Tidak mungkin seorang Sasongko bisa menghadapi mereka hanya bermodalkan keberuntungan saja. Setangguh apa Sasongko sebenarnya.

Walaupun terkejut, Jaka dan Wira mengambil ancang-ancang jurus masing-masing. Jurus Pukulan Turun dari Langit milik Jaka telah siap dan Jurus Tendangan Meteor milik Wira disiagakan. Senyap sejenak dan secepat kilat keduanya bergerak menyerang Sasongko. Sasongko telah siap juga menyambut serangan bertubi-tubi dari Jaka dan Wira. Sekejap mata serangan keduanya bisa dipatahkan. Jaka dan Wira terkejut. "Tehnik apa ini!" Teriak Wira. "Ini adalah Wing Chun." jawab Sasongko. Tak habis kejutan yang di keluarkan oleh Sasongko yang ternyata adalah ahli Wing Chun dan konon berguru dengan Ip Man walaupun cuma lewat film doang. Enggak apa-apa kan yang penting ahli.

Berbagai serangan dari Jaka dan Wira bisa dipatahkan. Namun serangan dari Sasongko sering telak mengenai keduanya. Jaka dan Wira tidak menyangka bahwa lawan mereka sekuat ini. "Kalau tetap seperti ini, kalian yang akan kalah." Kata Sasongko. Dengan nafas yang kembang kempis Jaka berusaha berpikir. Keadaan tersebut juga sama dengan Wira. "Tak ada cara lain. Aku harus...." "Menggabungkan serangan." Kata yang sama muncul di hati keduanya. Jaka yang memiliki power besar berusaha memutus serangan dari gerakan lincah Sasongko. Sedang Wira yang mempunyai kecepatan lebih menfokuskan serangan pada berbagai titik yang bisa jadi kelemahan Sasongko. Serangan tersebut mulai menunjukkan hasil, Sasongko kewalahan. Tibalah serangan penentuan. Jaka mengunci gerakan Sasongko. "Wira, cepat serang!" teriak Jaka. Wira dengan cepat melancarkan serangan habis-habisannya. Ini yang terakhir. Kalau gagal maka habis sudah.

Matahari sore bersinar kemerahan. Jaka, Wira dan Sasongko terbaring. Masing-masing babak belur karena pertarungan tadi. Jadi bagaimana hasilnya? Jaka dan Wira menang. Munculah kembali pertanyaan klasik "Siapa yang akan menjadi kekasih Alya?" Alya yang memperhatikan pertarungan mereka hanya tersenyum dan berkata "Ada yang lebih penting dari diriku. Kalian hanya tidak pernah menyadarinya. Itu adalah persahabatan." Kata-katanya bijak abis. Pasti pagi tadi Alya makan-makanan yang bergizi. Jaka dan Wira memejamkan mata dan berpikir apakah perseteruan ini penting atau tidak. Ya semuanya hanya karena ego masing-masing. Alya dan Sasongko tersenyum. Langkah yang mereka ambil ternyata tepat.

Alya berteriak "Kalian semua sudah lihat! Tak ada gunanya saling menghancurkan! Lebih baik saling membantu dan tertawa bersama! Kita akan menjadi lebih kuat dengan jalan tersebut!"

Dari balik semak-semak rimbun munculah orang-orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah anggota dari kedua geng. Ternyata Alya dan Sasongko telah mempersiapkan hal tersebut. Semuanya terdiam dan tak lama kemudian saling mendekat dan bersalaman. Ada yang nyengir ketawa kayak kuda, terus ada yang selfie enggak peduli tampang mereka bikin kamera jadi rusak. Tak disangka bahwa dulunya mereka sering bentrok entah di kantin maupun di gerbang sekolah sampe Pak KepSek nekat nyewa Mad Dog biar greget.

Tapi ada yang mengganjal di hati Jaka dan Wira. Meskipun mereka bisa mengalahkan Sasongko tapi siapakah pemenang di antara mereka berdua. "Mungkin kita harus mengadakan duel terakhir." Kata Jaka. "Ya sebagai akhir perseteruan dan awal dari era baru." Jawab Wira. "Oke lah. Sebelum itu gue akan berlatih dulu." Kata Jaka sambil bangun. "Ya, gue juga akan latihan sebelum duel kita dimulai." Jawab Wira. "Sampai bertemu di duel terakhir." Kata mereka bersamaan.

Di ruangan yang cukup luas dan berbagai alat yang diperlukan untuk latihan, maklum Wira kan anak orang kaya. Ya jelas punya ruang latihan dan peralatan sendiri. Wira latihan dengan keras untuk menambah power serangan. Untuk bertarung melawan Jaka, kecepatan saja tidak cukup untuk melawan Jaka yang punya daya tahan tubuh kuat. Tidak mau kalah dengan Wira, Jaka berlatih keras di sebuah daerah pegunungan yang biasa dia jadikan tempat latihan. Latihan tidak hanya fokus pada kekuatan serangan tapi juga pada kecepatan. Akan sangat merepotkan kalau tidak bisa mengimbangi kecepatan milik Wira pikir Jaka.

Ketika sedang istirahat latihan. Tiba-tiba salah satu anggota geng Wira yaitu Ayep yang punya rambut mohawk ala kuda catur datang membawa sepucuk surat. "Gue sudah siap." Bunyi surat tersebut. Wira tersenyum dan menyuruh Ayep mengirim surat balasan. Pasti banyak yang bertanya kenapa pake surat dan enggak pake SMS, Whats App, Facebook atau Twitter. Ya alasannya biar klasik aja kayak di film-film kolosal.

Di bawah rindangnya pohon besar tempat Jaka biasa latihan. Bejo, salah satu dedengkot di gengnya Jaka datang membawa sepucuk surat balasan. Bejo yang item jangkung kayak lidi kebakar menghampiri Jaka yang lagi duduk bersandar di pohon. "Oke, kita duel di tempat biasa." Bunyi surat balasan tersebut. Akhirnya duel terakhir pun akan dimulai.

Hembusan angin di halaman belakang sekolah dan para pemirsa yang juga ikut tegang menunggu bagaimana serunya Duel Terakhir. Selain itu biar lebih jebret, para anggota geng rela patungan biar bisa nyewa komentator yang suka mengatakan "Jebret." Biar ada kenang-kenangan, satu orang bertugas merekam duel tersebut dan menguploadnya ke Youtube.

"Elu latihan keras rupanya." Kata Jaka. "Elu juga." Jawab Wira. Sesaat kemudian terdiam dan pertarunganpun dimulai. Sama kuat dan sama gigihnya. Jurus Pukulan Menghentak Bumi menangkis Jurus Tendangan Seribu Bayangan. Tendangan 5 Bentuk menyambut serangan Pukulan Pemecah Besi. Jual beli serangan terjadi.

"Jual beli serangan terjadi dan Jebreeeet! Owww sayang sekali pemirsa! Serangan membelah lautan bisa dimentahkan begitu saja pemirsa!" Enggak kalah seru si Om komentator memberi komentar buat duel ini. Enggak sia-sia patungan buat nyewa komentator kondang dan hasilnya seru abis. Entah berapa jurus yang dikeluarkan karena tidak ada yang bertugas mencatat statistik duel tersebut.

Duel tersebut akhirnya mencapai klimaks. Jaka bersiap mengeluarkan jurus terkuatnya yaitu Pukulan Penghancur Komet. Tak mau kalah Wira mengambil ancang-ancang mengeluarkan jurus pamungkas yaitu Tendangan Pengguncang Langit. Kedua jurus tersebut adalah hasil dari latihan tempo hari.

"Oww owww! ini serangan terakhir pemirsa! Keduanya mengeluarkan jurus terkuat pemirsa! Daaan! Jebreeeet! Ternyata ada Kingkong muncul di tengah-tengah mereka pemirsa!" Ternyata itu adalah Pak Slamet. Semua pemirsa kabur termasuk Om Komentator. Semuanya lewat rute kabur yang memungkinkan. Ada yang memanjat pagar belakang sekolah, ada yang kabur lewat sela-sela semak rimbun yang penuh serangga horror kayak ulat bulu, Ada yang nyerah karena enggak nyadar ada kingkong ngamuk di depan mata. "Ayo kabur pemirsa! Ada Kingkong pemirsa! Nanti dijebret pemirsa!" Om Komentator walaupun lagi kalang kabut tetap total dalam pekerjaan. Tetap memberi komentar di segala kondisi lapangan.

"Kalian lagi yang bikin ulah!" kata Pak Slamet galak. Akhirnya Duel Terakhir berakhir di ruang BK.

Share this article:

Facebook Google+ Twitter