Author: Julian S
Chapter 2
The Beginning: Sang Penyelamat
“Ciih, akhirnya selesai juga.” Gumam Riko. “Cepat kita cari Siera.” Kata Damiana. “Tampaknya ke arah sana.” Kata Brad. “Kau yakin?” Tanya Damiana. “Ya, aku yakin. Banyak jejak kaki yang menuju ke arah sana dan ada jejak sepatu.” Jawab Brad. “Juga banyak tanaman yang patah.” Tambah Brad. Suasana hutan yang basah karena satu hari sebelumnya terjadi hujan lebat semakin menambah kesan suram dan misterius hutan tersebut. Banyaknya Unorganism yang tewas di arah tersebut menambah keyakinan bahwa Siera memang berlari ke arah sana.
Pencarian mereka terhenti ketika melihat Unorganism besar tergeletak tak bernyawa. “Tampaknya telah terjadi pertempuran sengit.” Kata Riko. “Pasti makhluk ini melawan sesuatu yang begitu kuat.” Tukasnya lagi. “Yang jelas dia tewas bukan karena Gun Drive.” Kata Brad. “Apa maksudmu, Brad?” Damiana heran dengan pendapat Brad. “Banyak luka bekas tembakan di badan Unorganism ini tapi tidak terlalu berpengaruh dan luka-luka yang satu ini pasti yang membuatnya tewas.” Brad menunjukkan luka-luka besar yang dalam dan menganga di badan Unorganism besar tersebut. “Ya, pasti bekas tebasan ini yang membuatnya tewas.” Jelas Brad. “Heey, ada jejak kaki di sebelah sini.” Seru Riko. Semuanya menuju ke arah Riko. “Ini jelas bukan jejak sepatu yang sama dengan yang kita pakai kan?” Tanyanya lagi. “Ya, dan ini menuju ke sana.” Kata Brad. “Coba kita periksa.” Kata Damiana memberi komando. Semuanya berjalan menyusuri jejak tersebut. Sampailah mereka di tepi sungai dan jejak tersebut menghilang. “Sial, kita kehilangan jejak.” Kata Riko kecewa. “Tak ada cara lain kita harus meminta bantuan. Garry cepat hubungi pos penjaga!” Kata Damiana. “Kita akan menunggu di sini sampai bantuan tiba.” Tambahnya.
Sekitar 30 menit kemudian, bantuan yang dinantikan akhirnya tiba. Tiga buah helikopter berputar-putar di atas hutan. Setelah menjelaskan apa yang terjadi merekapun melakukan pencarian. Damiana dan Brad akan mencari lewat jalur darat sedangkan Garry dan Riko melakukan pencarian lewat udara.
Di tempat lain, Siera terbangun dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar. Badannya masih terasa lemas. Siera berjalan keluar kamar tersebut dan hampir mengagetkan seseorang. “Waah, sudah bangun rupanya. Jangan terlalu banyak bergerak dulu.” Seorang pria paruh baya berjenggot ddan ramah menuntunnya duduk di kursi dekat jendela. “Kamu pasti belum makan kan? Ini ada makanan.” Dia menyodorkan makanan kepada Siera. Siera ragu-ragu. “Jangan takut. Kami bukan Orang jahat.” Katanya lagi. Siera akhirnya memakan makanan yang diberikan. “Oh ya kamu bisa memanggilku Jan. Nama kamu?” Pria tersebut memperkenalkan dirinya. “Siera” Balas Siera memperkenalkan diri. “Di mana ini.” Tanya Siera. “Oh, mungkin kamu masih belum tahu ini di mana ya? Karena ini tempat ini memang terpencil.” Kata pria yang bernama Jan tersebut. “Ini hanya desa kecil di kaki bukit.” Jelasnya. Sambil menemani Siera makan. Pria yang bernama Jan tersebut bercerita. “Kamu masih tak sadarkan diri saat Nirvan membawamu ke sini.” Katanya. “Nirvan?” Siera bingung. “Ya, Nirvan. Dialah yang membawamu kemari saat kamu pingsan.” Jelasnya. “Dia kebetulan ada di dekat tempatmu bertarung dengan monster besar tersebut.” Tambahnya lagi. “Nah itu dia Nirvan.” Pria yang bernama Jan itu menunjuk kepada seorang pria yang tertidur di bawah pohon rindang. Dia mungkin seumuran dengan Siera. Siera akhirnya mengerti apa dan siapa yang menyelamatkannya.
To be continued...